PosRakyat -Peca, identik dengan puasa Ramadan di Kota Donggala karena menjadi menu favorit utama setiap buka puasa dari hari pertama hingga puasa terakhir. Sajian menu tersebut terdapat di Masjid Raya Donggala, Kelurahan Boya dan Masjid Nurul Iman di Kelurahan Maleni, Kecamatan Banawa.
Peca sebutan bagi bubur putih terbuat dari beras berkualitas terbaik dicampur santan kelapa pilihan dan garam secukupnya. Mulanya beras dibersihkan seperti orang memasak, cuma saja cara masaknya berlangsung selama beberapa jam dan terus diaduk dengan saji agar merata teksturnya hingga lembut.
“Keberadaan menu peca diperkirakan jauh sebelum peristiwa Permesta, itu sudah ada dan bertahan sampai sekarang. Dulu waktu dimasak dilakukan di sekitar masjid Raya Donggala ketika itu ditangani Pua Katte dan Pua Doja (sebutan pegawai syara),” jelas Abdul Rauf Thalib, salah satu tokoh masyarkat di Donggala.
Menurutnya, penyajian peca itu sudah ada sejak masih ia kecil sekitar dekade 1950-an. Yaitu sejak masa Djuraid H. Semauna menjadi Imam Masjid Raja di tahun 1950-an.
Salah satu pengurus buka puasa Msjid Raya Donggala, Yusuf H. Wahab (56 tahun) menjadi penanggungjawab urusan peca. Tugasnya sendiri sebagai penakar bubur sudah dijalani sejak bertahun-tahun agar mencukupi secara apik pada mangkok-makok palstik yang tersedia.
“Sebelum saya yang bertugas penangani peca, kakak saya yang almarhum (Ali H. Wahab) yang tangani dan yang mengatur seperti saya,” kata Om Yusuf, sapaan familiar.