“Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa radikalisme masih merupakan ancaman serius bagi kehidupan masyarakat Indonesia, tidak terkecuali Sulawesi Tengah,” katanya lagi.
Di Sulteng, kata dia, beberapa hari yang lalu, ketika masyarakat Muslim di Sulteng dalam suasana berduka dengan wafatnya salah seorang ulama paling berpengaruh di daerah ini, jagad media sosial dihebohkan oleh statement yang bernada negatif terhadap tokoh panutan umat tersebut.
“Pihak kepolisian telah mengamankan pelaku yang ternyata tidak sendiri, dan bukan hanya di satu tempat. Aksi pelaku lahir dari persepsi keagamaan yang mengklaim diri paling benar, dan pemahaman yang berbeda dengannya dianggap sesat. Peristiwa ini adalah salah satu indikator kuat yang menunjukkan bahwa paham radikal keagamaan ada di tengah tengah masyarakat kita. Sadar atau tidak, mereka hadir di sekitar kita,” ujarnya.
“Selain itu beberapa bulan yang lalu kelompok DPO teroris Poso melakukan teror dengan kekerasan terhadap masyarakat di wilayah Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi serta Parimo. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa kelompok DPO teroris Poso dan radikalisme masih eksis, yang harus diwaspadai,” katanya lagi.
Ditempat terpisah Wakasatgas Humas Ops Madago Raya AKBP Bronto Budiyono mengatakan “kepada seluruh masyarakat baik di Kab. Poso, Kab. Sigi dan Kab. Parimo agar bersama-sama aparat TNI-Polri untuk memutus hubungan dengan kelompok DPO teroris Poso dengan tidak memberikan dukungan baik logistik serta informasi kepada sisa DPO teroris yang masih ada di pegunungan” kata Bronto.
Bronto juga menyampaikan “kepada sisa DPO teroris Poso yang masih ada di pegunungan untuk segera menyerahkan diri kepad aparat TNI-Polri untuk mempertanggung Jawabkan perbuatannya dan kembali kepada NKRI supaya kedamaian dan keamanan di wilayah Poso khususnya dan Sulawesi Tengah dapat terwujud,” tutup Bronto.***