Ketum GAPKI Prediksi Ekspor Turun 2024, Analis : Akan Memicu Kenaikan Harga

oleh -
oleh
Ketua umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono. Foto: Istimewa

“Peningkatan produksi kelapa sawit dalam setahun hanya sekitar 1,7 juta ton atau bahkan kurang. Jumlah ini jauh lebih rendah dari biasanya yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir sejak 2020 yakni 2,9 juta ton”. Jelasnya.

Penurunan produksi utamanya dikarena turunnya produksi sawit Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar. Begitu pula adanya El Nino atau gelombang panas ekstrem di berbagai belahan dunia di akhir tahun 2023 tidak memberikan pengaruh lebih signifikan dibandingkan penurunan produksi kelapa sawit di Indonesia.

Hal senada diungkapkan analyst Glenauk econimics, Julian Conway Mcgill. Menurut Mcgill, produksi yang rendah, program mandatori biodiesel dan juga ketidaktersediaan lahan akibat kebijakan moratorium pemberian izin kelapa sawit oleh pemerintah Indonesia memberi dampak lebih besar terhadap produksi kelapa sawit secara total ketimbang isu El Nino.

Terkait dengan harga, senada dengan Mielke, Director Godrej Internasional ltd, Dorab Mistri menyebutkan selain faktor supply kelapa sawit Indonesia di pasar yang menurun, kebijakan bioenergi atau biodiesel dan sustainable Aviation fuel (SAF) di berbagai negara juga turut menjadi faktor yang akan mempengaruhi harga pasar di tahun 2024. Pasalnya hingga kini belum terlihat adanya potensi peningkatan produksi minyak nabati lain dengan kuantitas total yang setara.

Selain itu, dalam konferensi yang diselenggarakan untuk keenam kalinya tersebut, eskalasi geopolitik global tak kalah menjadi faktor yang mempengaruhi ketidakpastian harga minya nabati global di tahun 2024. Selain belum selesainya eskalasi di laut hitam, dampak dari memanasnya laut merah tentu saja harus diantisipasi dengan sangat cermat dampaknya terhadap supply dan juga ketersediaan akses logistik.***