Adalah Rizal, kepala desa Pangiang, kecamatan Bambalamotu, Pasangkayu, Sulawesi Barat. Ia belam lama mengemban tugas kepala desa. Masa jabatannya pun hanya dua tahun.
Sebelum menampuk jabatan kepala desa, Rizal sempat menjabat sekretaris desa selama dua tahun. Ia juga pernah menjadi relawan tenaga pengajar di SD-SMP Satap Pangiang, pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) serta menjadi anggota PPS desa Pangiang.
Minatnya mengabdi pada masyarakat tidak surut, meski kalah pada pemilu kepala desa Pangiang tahun 2016, dia tetap sabar dan tawakkal. Ia memilik pribadi kuat, berintegritas dan berkomiten tinggi.
Lantas, ia mendapatkan buah kesabaran itu. Pada penyelenggaraan pemilihan antar waktu (PAW) kepala desa Pangiang yang dilaksanakan secara serentak awal September 2019 lalu, ia menang karena memperoleh suara signifikan.
Tiga bulan kemudian tepatnya pada hari Rabu, 20 November 2019, ia dilantik oleh bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa menjadi kepala desa Pangiang secara defenitif melanjutkan sisa periode pemerintahan kepala desa sebelumnya.
Pria kelahiran tahun 1986 ini, menyelesaikan pendidikan SD di kampung halamannya desa Pangiang tahun 1998. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri Bambalamotu hingga tamat pada tahun 2001.
Seperti saudara-saudaranya yang lain, ia memiliki hobi main sepak bola sejak kanak-kanak hingga di bangku SMA. Dia begitu piawai, sehingga telihat menonjol di antara teman-teman seusianya.
Kepandaiannya mengola si kulit bundar cukup mengundang decak kagum bagi penggemar ukuran daerah. Karenanya, ia sering mewakili sekolah atau desa di ajang kompetisi lokal.
Meski olahraga ini menjadi hobi, namun ia cukup telaten dalam belajar saat menempuh pendidikan di SMA tahun 2001 di Pasangkayu, yang kala itu masih berstatus ibukota kecamatan.
Semenjak masuk kuliah tahun 2004 mengambil jurusan PPKN di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad) Palu, perlahan ia mulai jarang latihan sepak bola.
Selama empat tahun, ia benimba pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Sulawesi Tengah ini, ia berhasil menyelesaikan studi strata satu (S1) tepatnya tahun 2009 dan berhak menyandang gelar Sarja Pendidikan (S.Pd).
Suatu ketika ditemui media di ruang kerjanya, ia menyampaikan komitmen untuk mendedikasikan seluruh tenaga dan fikiran buat masyarakat desa Pangiang.
Iapun mengaku akan menjalankan pemerintahan desa setransparan mungkin dan terbuka akan masukan dan kritikan dari semua pihak.
Agar anggaran pembangunan di desanya tidak tumpang tindih dan menghindari penganggaran berulang kali, ia mewanti kepada seluruh jajaran agar tidak mengambil keputusan sebelum ada pembahasan bersama.
Ia lebih mengutaman kualitas, meski tidak maksimal, dia berjanji akan memperbaiki pada tahun berikutnya. Ini demi mengurangi resiko kerusakan dini.
Terkait tanggul pematang bagi kebutuhan warga di dua titik, ia telah berupaya menyampaikan langsung ke pemerintah daerah, Komisi III DRPD Sulawesi Barat, bahkan ke BWSS III Palu, Sulawesi Tengah.
Ia berharap, anggaran penanggulangan tanggul permanen bisa terealisasi secepatnya, agar warga merasa tenang. Karena, di dusun Babana yang sering terdampak abrasi cukup parah, kini telah dibangun tanggul sementara dari tumpukan karung berisi pasir.
Kepada warga, ia menyampaikan tidak berjanji, tapi berupaya untuk melobi anggaran hingga ke tingkat provinsi. Karena anggaran ada, menurutnya belum bisa dimaksimalkan.