Posrakyat.com, Jakarta- Terus tertekannya rupiah terhadap dolar AS, membuat Presiden Joko Widodo memanggil menteri terkait, di Istana Negara, Senin 3 September 2018. Saat ini, posisi rupiah terus melemah ke angka Rp14.800 per dolar AS.
Salah satu yang dilakukan oleh pemerintah adalah penghematan pada proyek-proyek yang dilaksanakan, yakni tidak memaksakan proyek yang dianggap tidak terlalu penting. Terutama pada dua perusahaan milik negara, PT PLN dan PT Pertamina.
“Dari sisi kebutuhan devisa yang dilakukan BUMN seperti Pertamina dan PLN kita akan melihat apa-apa kebutuhan yang tidak bisa ditunda. Kalau pun kebutuhan yang tidak bisa ditunda, bagaimana suplai dolar dilakukan tanpa mengubah sentimen market,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, di Istana Negara, Jakarta, Senin 3 September 2018.
Maka untuk itu, pemerintah mengintervensi langsung. Dengan tetap berkoordinasi lintas sektor, untuk memastikan hal itu.
“Itu dilakukan secara intervensi khusus oleh pemerintah karena market pada saat ini dianggap sensitif dengan pergerakan seberapa pun kecilnya,” lanjut Sri Mulyani.
Bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam forum Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK), akan dilihat secara teliti tingkah laku pasar. Pemerintah mengambil tindakan, terhadap transaksi yang tidak legitimasi. Yaitu transaksi yang hanya mengambil spekulasi, bukan karena kebutuhan saja.
“Kalau tidak legitimate kami akan lakukan tindakan tegas agar tidak menimbulkan spekulasi atau sentimen negatif,” katanya.