Serial Dracula (2020) Season 1, Masih Mengikut Konsep Dracula dari Bram Stoker

oleh -
oleh
Review serial Dracula (2020) season 1 menyebut serial ini memiliki pengembangan cerita yang lebih luas dan kompleks dibanding kisah asli drakula. (dok. BBC/Netflix via IMDb)

Posrakyat.com – Serial Dracula di Netflix yang baru rilis musim pertama ini ternyata masih mengikuti dengan konsep besar kisah Dracula dari Bram Stoker, namun pengembangan yang dilakukan oleh Mark Gatiss dan Steven Moffat sebagai kreator justru menjadi darah baru yang segar, seperti yang selama ini diinginkan Count Dracula.

Pengembangan oleh Gatiss dan Moffat tak pernah terduga sebelumnya. Mereka memilih mengembangkan cerita pada bagian yang belum pernah dibahas mendetail dalam karya sinematik soal drakula sebelumnya.

Contoh saja seperti pada nasib Jonathan Harker, pengacara yang menjadi karakter pertama yang berinteraksi dengan Count Dracula dalam kisah legendaris ini.

Serial ini mengisahkan secara lebih mendalam dan detail terkait kesulitan Harker untuk bisa bebas dari kastil drakula yang menyeramkan itu, lengkap dengan bermacam kejutan dan visual efek yang membuat bulu kuduk merinding sekaligus jijik.

Review serial Dracula (2020) season 1 menyebut Gatiss dan Moffat memilih untuk mengadu Count Dracula dengan keturunan dari Dr Van Helsing, yaitu Agatha Van Helsing juga Zoe Van Helsing. (dok. BBC/Netflix via IMDb)

Selain itu, ada sosok Dr Van Helsing. Bila dalam kisah legendaris Dracula sosok ini diperankan oleh laki-laki yang datang seolah menjadi pahlawan dengan berbagai pengetahuannya soal drakula, karakter ini justru dipelintir oleh Gatiss dan Moffat

Dalam serial itu, Gatiss dan Moffat memilih untuk mengadu Count Dracula dengan keturunan dari Dr Van Helsing, yaitu Agatha Van Helsing juga Zoe Van Helsing. Selain daripada itu, karakter ini ternyata diganti menjadi perempuan dalam kover biarawati dan ilmuwan.

Pihak kreator nampak memberikan ruang terbuka bagi wanita untuk menjadi pahlawan dalam serial itu. Sehingga jauh berbeda dari kisah aslinya yang dominan menempatkan wanita hanya sebagai objek santapan Count Dracula.

Sehingga keputusan tersebut bisa merujuk pada situasi pemberdayaan perempuan di dunia nyata, ketika di era modern, perempuan tak hanya lagi sebatas hidup untuk menikah tapi juga bisa menjadi apa pun yang mereka harapkan dan diakui oleh dunia.
Melalui karakter Van Helsing ‘perempuan’ ini, Gatiss dan Moffat juga memberikan ruang yang lebih terbuka terkait dengan sains dan logika.

Bila pada kisah asli Van Helsing banyak mengandalkan unsur religi juga mitos seperti salib dan bawang putih, kali ini penonton diajak untuk memahami Count Dracula secara nalar.