Donggala,Posrakyat.com -Setelah siswa SMA Negeri 4 Palu melakukan lawatan sejarah di kawasan kota tua Donggala dua bulan lalu, kini giliran siswa SMA Negeri 1 Palu juga melakukan kegiatan yang sama. Kunjungan mereka didampingi guru sejarah dan guru kelas selama empat hari dalam dua pekan terakhir menjejaki situs-situs sejarah tinggalan Belanda di Donggala. Jumlah mereka cukup banyak sekitar 500 orang lebih sehingga kunjungan dibagi empat kelompok.
Di antara kawasan yang jadi sasaran kunjungan yaitu bekas kawasan gudang kopra (coprafondas) di Kelurahan Tanjung Batu. Di tempat tersebut terdapat bekas kantor Coprafonds berlantai dua bersama tiga unit gudang bentuk silinderis atau gelombang yang sudah mengalami kerusakan saat gempa bumi 2018 lalu. Namun demikian masih menjadi penanda dan ingatan kolektif bagi warga kota Donggala. Selanjutnya siswa berziarah ke makam Maonda salah satu tokoh perlawanan pada saat pemerintah Hindia Belanda hendak memperkuat kekuasaannya di Donggala awal abad ke 20. Tempatnya berada di Gunung Bale yang masih satu rangkaian rute menuju bekas rumah Asisten Residen Donggala di kampung Lanta. Bangunan rumah sudah direnovasi tapi tidak sesuai aslinya kecuali tangga-tangga yang ada di depan rumah hingga jalur jalan menuju kota Donggala masih asli.
Yang cukup menarik seluruh siswa berjalan kaki dari bekas rumah Asisten Residen melalui jalan bertangga semen berundak-undak sejauh satu kilo meter menuju bekas rumah Kepala PELNI zaman Belanda. Di rumah PELNI inilah seluruh siswa mendapat penjelasan tentang perjalanan atau lawatan sejarah ke beberapa situs sambil dilakukan dialog terhadap materi yang ingin diketahui siswa.