Posrakyat.com – Konflik antara Iran dan Amerika atas kematian Jenderal Iran Qasem Soleimani. Kematian Soleimani merupakan akibat dari serangan mendadak AS di Bandara International Baghdad, Irak, pada Jum’at (3/1) lalu.
Dikutip CNBC Indonesia, Pentagon mengatakan bahwa penyeragan tersebut atas perintah dari presiden AS, Donald Trump. Amerika Serikat mengatakan bahwa penyerangan tersebut diakibatkan karena kelompok Hizbullah di Iran menyakiti warga AS di Irak. Tidak terima atas perlakuan tersebut, Amerika melakukan pembalasannya.
Jenderal Qasem Soleimani sendiri merupakan orang yang sangat dihormati sebagai pemimpin militer Iran. Ia diduga sebagai otak dari penyerangan yang dilakukan kepada warga Amerika di Irak. Ia adalah pemimpin pasukan khusus Pengawal Revolusi Iran.
Irak yang menjadi tempat pembunuhan pimpinan nomor satu militer Iran itu ikut panas. Sebab penyerangan tersebut berimbas pada tewasnya Wakil Pemimpin Hashed. Hashed merupakan jaringan unit bersenjata yang sebagian besar kelompoknya menganut ajaran Islam Syiah.
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatullah Seyyed Ali Khamenei, melalui keterangan resmi, dikutip CNBC Indonesia, menyampaikan bela sungkawa yang mendalam atas meninggalnya Jenderal Soleimani. Ia juga mengatakan bahwa Iran akan melakukan penyerangan balasan pada Amerika Serikat.
“Tapi balas dendam yang keras sedang menunggu para pelanggar, yang mengkontaminasi tangan mereka semalam dengan darahnya dan para martir lainnya.”demikian salah satu bait dari tulisan Khaimenei pada Jumat (3/1).
Di kubu Trump sendiri, ia mengatakan bahwa penyerangan yang dilakukannya adalah dengan tujuan menghindari peperangan.
“Kami mengambil tindakan untuk menghentikan perang,” kata Trump dalam sebuah pidato perdana pasca insiden tersebut di stasiun televisi, dikutip CNBC.com, Sabtu (4/1/2020).