Celakanya lagi, sebut Nasir Husen, sapi-sapi dari Pantai Barat itu sudah masuk juga ke kota Palu.
Artinya, petugas cek poin (titik pemeriksaan) di pintu masuk Pantoloan tidak tegas, sehingga sapi dari Pantai Barat itu bisa lolos masuk ke Palu.
“Kami menerima laporan, Sabtu, 4 Februari 2023 kemarin, sebanyak tiga truk sapi yang berhasil masuk Palu,” jelas Nasir Husen.
Memang, lanjut dia, berdasarkan penjelasan dari Disbunnak Sulteng, tidak terlalu berbahaya bagi masyarakat mengonsumsi daging sapi yang terinfeksi PMK.
Tetapi bagi yang mengonsumsi jeroannya itu dianggap sangat berbahaya.
“Tapi dampak lain dari PMK ini adalah para peternak kecil di Kota Palu yang kehidupan sehari-harinya bergantung pada margin penjualan sapi,” ujar Nasir Husen.
Dia mengatakan, akan sangat banyak peternak kecil yang merugi, karena ada ketakutan akibat wabah PMK.
Mestinya kata Nasir, seluruh sapi di Pantai Barat itu harusnya diisolasi, kemudian yang terinfeksi PMK dimusnahkan, dan yang masih sehat diberikan vaksin agar tidak tertular PMK.
“Nah, soal vaksin itu juga kami pertanyakan. Mana semua itu ribuan vaksin yang sudah diberikan? Kenapa sampai ada sapi kita di Sulteng yang terinfeksi PMK,” katanya.
Menurut Nasir Husen, sebelumnya PMK itu masih menular di Pulau Jawa.
Mengantisipasi itu, kepala daerah se Sulawesi mengeluarkan edaran, agar mengantisipasinya masuknya PMK ke Sulawesi, tapi ternyata bobol juga.
Oleh karena itu, Nasir Husen meminta ada pertemuan antara APSIKU, Disbunnak dan Gubernur Sulawesi Tengah untuk membahas mengenai PMK tersebut.
PMK adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang semua hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba termasuk juga hewan liar seperti gajah, rusa dan sebagainya.***