PosRakyat – Rencana eksploitasi tambang bawah tanah di Kota Palu Sulawesi Tengah yang dipaksakan oleh PT. Citra Palu Mineral (PT CPM) dan investor asing Macmahon, mendapat kecaman keras dari masyarakat.
Kecaman ini diantaranya datang dari Front Pemuda Kaili (FPK) yang menilai PT CPM dan Macmahon hanya mementingkan keuntungan semata tanpa mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan dan keselamatan masyarakat kota Palu.
Baca Juga: Kades Pagaitan “Tantang” Kajari Tolitoli Ungkap Dugaan Penyimpangan Dana Desa
Baca Juga: LBH Sulteng Minta Kapolri Evaluasi Kinerja Kapolda Sulteng, Ini Alasannya
Dalam keterangan tertulisnya, Ketua FPK, Erwin Lamporo, mengatakan bahwa tambang bawah tanah yang tengah dirancang oleh PT CPM dan investor Macmahon di kawasan Poboya tepat di jalur Sesar Palu Koro yang merupakan jalur sesar aktif yang rentan terhadap gempa bumi besar seperti yang pernah terjadi pada 2018 silam.
Selain itu lanjut Erwin, tambang bawah tanah itu juga berpotensi merusak hidrogeologi di kawasan tersebut. Kegiatan itu juga nantinya akan mengganggu aliran sungai Pondo yang menjadi sumber air utama bagi warga masyarakat setempat.
“Kami siap menggelar aksi besar – besaran demi menyelamatkan lingkungan dan masa depan warga Palu dari keserakahan Macmahon dan CPM,” tegas Erwin.
Erwin menyebut terkait rencana eksploitasi tambang bawah tanah yang dipaksakan CPM dan Macmahon, berikut sejumlah sikap FPK:
1. PT CPM dan Macmahon Hanya Mengejar Deposit Besar, Bukan Keberlanjutan Hidup Warga
PT CPM dan Macmahon memaksakan tambang bawah tanah dengan alasan kandungan emas yang lebih besar di lapisan bawah, tanpa memikirkan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan. Strategi ini hanya menguntungkan pihak perusahaan, sementara masyarakat lokal harus menanggung risiko lingkungan, kesehatan, dan keselamatan akibat eksploitasi ini.
Mengabaikan Risiko Gempa di Jalur Sesar Palu Koro.
Tambang bawah tanah di wilayah berisiko tinggi gempa dapat mempercepat pergerakan sesar, meningkatkan kemungkinan gempa bumi dan longsor bawah tanah yang membahayakan warga Palu.
Eksploitasi yang Mengorbankan Ekosistem Sungai Pondo.
Sistem hidrogeologi kawasan Poboya sangat sensitif terhadap gangguan aktivitas pertambangan. Jika eksploitasi ini terus berlanjut, air Sungai Pondo berisiko mengering, tercemar, atau berubah aliran secara permanen, yang berdampak buruk pada lingkungan dan kehidupan warga yang bergantung pada sungai ini.
Keuntungan Hanya Mengalir ke Investor Asing, Kerusakan Ditanggung Rakyat.