“Saya ingin mengajak para ulama semua untuk terlibat lebih aktif dalam merespons setiap permasalahan baru dan terbarukan yang muncul, sehingga tercipta fikih baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman,” tegas Wapres.
Di sisi lain, dalam mendukung hal itu, perlu membangun peradaban, penting bagi umat Islam. Sebagai medium meyakini manusia memiliki tugas mulia sebagai wakil Allah di bumi (khalifatullah fil ardh), yakni mengelola dan membangun bumi serta peradabannya.
Sebagai khalifah yang bertanggung jawab memakmurkan bumi, mereka juga harus berpegang pada dimensi Ketuhanan (rabbâniyyah, teosentris) dan juga dimensi kemanusiaan (insâniyyah, antroposentris).
“Oleh karenanya penting untuk memperhatikan hal berikut, pertama, menempatkan diri sebagai “wakil Allah” yang menjalankan penugasan dari pemberi mandat, yaitu Allah Swt,” kata Wapres.
“Kedua, antar manusia sebagai sesama “wakil Allah” harus saling menguatkan satu sama lain (tasanud), bukan saling bermusuhan (ta’anud), karena pada hakekatnya yang memberi mandat adalah sama, yaitu Allah Swt,’’ tambahnya.
Sementara yang ketiga, Wapres menekankan, antar manusia harus saling menjaga jangan sampai terjadi kegaduhan, karena manusia ini berada di satu bumi yang sama (fii ardhin wahidin). Sehingga, jika terjadi kegaduhan di satu tempat akan berpengaruh pada manusia di tempat lainnya.
“Setiap potensi kegaduhan (atau kerusuhan) harus dicegah bersama dengan cara apapun,” tegasnya.***
Sumber: InfoPublik