Palu, Posrakyat.com – Bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (Pasigala), pada 28 September 2018 telah memporakporandakan tiga wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), hingga membuat perekonomian lumpuh.
Presidium Gerakan Rakyat untuk Daerah (Garuda) Nizar Rahmatu mengatakan, saat ini dampak ekonomi pasca terjadi bencana sudah mulai dirasakan masyarakat, terutama di kalangan bawah. Di mana, daya beli masyarakat mulai turun karena banyak warga yang kehilangan mata pencaharian.
Karena itu, Pemerintah Provinsi Sulteng bersama Pemkot Palu dan Pemkab Sigi serta Donggala harus melakukan langkah fundamental, agar dapat segera memulihkan ekonomi rakyat yang terpuruk, pasca terjadi bencana three in one tersebut.
“Salah satunya dengan membuka kembali tambang rakyat di Poboya dan tambang rakyat di Sigi dan Donggala, agar masyarakat terutama kalangan bawah, dapat segera pulih secara ekonomi,” kata Nizar kepada sejumlah wartawan di Palu, Senin (17/12/2018).
Menurutnya, dengan dibukanya kembali tambang rakyat yang telah ditutup itu akan memberikan dampak yang positif dari segi perputaran ekonomi pasca terjadi bencana.
“Hanya itu yang harus dilakukan agar ekonomi rakyat dapat segera pulih. Karena dengan dibukanya tambang emas, putaran ekonomi di kalangan rakyat bawah dapat melaju dengan cepat,” ujarnya.
Kata Nizar, akibat bencana tersebut saat ini banyak masyarakat yang tak punya penghasilan, akibat hilangnya lapangan pekerjaan. Hal ini dapat menimbulkan bencana sosial, akibat tak adanya lapangan pekerjaan. Sementara, masyarakat yang menjadi korban bencana tak selamanya harus bergantung pada bantuan sosial.
“Pemerintah harus memikirkan dampak sosial yang bisa timbul akibat lumpuhnya ekonomi rakyat,” tegasnya.
Dikatakannya, dengan dibukanya kembali tambang rakyat di Poboya akan menggerakkan ekonomi rakyat pascabencana.
“Mungkin bisa dibuka dalam jangka waktu tertentu. Bisa enam bulan atau satu tahun untuk memulihkan ekonomi rakyat,” imbuhnya.